You
don’t need to go out to the street. The building is above the mrt station.
You
can ask people.
You
can ask security or just anyone.
Itulah pesan singkat yang
dikirimkan kakak saya sewaktu memberikan arahan pada saya untuk pergi menuju Orchard@Library.
Padahal kakak saya sudah sangat jelas memberitahu jangan pergi ke jalan besar. Tapi,
saya malah keluar dari stasiun MRT dan berputar-putar di Orchard Road selama
kurang lebih 30 menit mencari ‘Gedung perpustakaan Orchard’. Saya bahkan sempat
menyalahkan Google Maps, “Gak beres nih
Google Maps, orang mau ke perpus, diarahin ke mall mulu. Huh!”
Lama kelamaan, kaki
saya lecet dan rambut semakin lepek terkena keringat. Saya juga jadi merasa
tidak enak membuat kakak saya menunggu lama. Akhirnya, saya yang awalnya enggan
untuk bertanya karena malu, memberanikan diri bertanya pada seorang bapak-bapak
yang lewat. Jawabannya.. saya hanya perlu naik ke lantai 3 Orchard Gateway
yang sudah saya lewati berkali-kali (Ternyata Google Maps bekerja dengan baik).
Saat mengetahui perpustakaan itu ada di dalam mall, selama beberapa menit saya
memaki-maki diri sendiri dalam hati. Saya merasa sangat amat kesal pada diri
sendiri yang tak mengecek lebih dulu informasi di internet dan juga malu
bertanya. =)
Sepenggal
cerita di masa lalu ini sekaligus menjadi pembuka mengenai hal-hal unik dan menarik yang saya temukan di perpustakaan Singapura. Perpustakaan
memang bukan tempat yang biasa dikunjungi wisatawan, tapi untuk kamu yang suka
dengan ketenangan dan ‘berteman dengan buku’, sayang sekali untuk melewatkan
kesempatan berkunjung ke perpustakaan di SG.
Sebenarnya postingan ini sudah ingin saya publish sejak lama, tapi kontennya baru sempat terselesaikan saat ini (Finally!). Untuk foto dokumentasi,
sebagian besar diambil ketika kunjungan di bulan Maret 2019, dan beberapa foto
dari dokumentasi beberapa tahun belakangan. Semoga informasinya bermanfaat!
-----------------------------------------------------------------------------------------
Library @ Orchard
Kawasan Orchard
bukanlah kawasan yang asing untuk wisatawan. Di sana ada banyak pusat perbelanjaan, dari mulai
Lucky Plaza yang mirip seperti PGC versi Indonesia, Nge Ann City yang
satu-satunya alasan saya tertarik kunjung karena ada Kinokuniya, Paragon, Tang
Plaza, dan Orchard Gateway, dimana perpustakaan Orchard berada (Di lantai 3 dan
4).
Inilah pintu masuk Library@Orchard di lantai 3. |
Begitu masuk di dalamnya,
pada area sebelah kanan terdapat jejeran bangku lengkap dengan meja besar. Di
meja ini, ada pengunjung yang sibuk membaca buku, ada yang menggunakan laptop,
dan ada juga yang sibuk menulis. Beberapa kali berkunjung ke Orchard@Library di
weekdays dan weekend, saya tak pernah kebagian tempat duduk karena kursinya
selalu penuh.
Lebih masuk ke dalam,
terdapat rak-rak buku unik berwarna putih yang dibentuk bergelombang.
Buku-buku di lantai satu perpus ini, seingat saya berisi koleksi majalah dan buku fiksi.
Sampai di sudut ruangan, terdapat tempat unik lain yang mirip seperti undakkan dan berbentuk huruf L
yang berfungsi juga sebagai tempat duduk.
Untuk lantai 2, koleksi
bukunya lebih beraneka ragam. Dari mulai buku travelling, self improvement,
history, IT, hingga buku-buku seni. Hampir di setiap sisi rak, ada sofa mini
dengan dinding berwarna coklat yang bisa ditempati 1-2 orang. Terdapat juga jejeran
kursi sofa yang disusun secara vertikal dekat jendela yang menghadap ke arah
lantai 1 maupun pemandangan luar gedung.
Saat sore hingga menjelang malam hari, jika
kamu termasuk tipe orang yang konsentrasinya mudah terganggu saat mendengar sedikit
suara bising, sebaiknya jangan membaca buku atau mengerjakan tugas di sofa yang
berada tak jauh dari pintu masuk/keluar lantai 4 mall. Hal ini karena di bagian luarnya
bersebelahan dengan Sanctuary Gaming, tempat bermain game sejenis kartu yang
sekilas saya lihat mirip seperti kartu Digimon (cmiiw).
Yishun Public Library
Sebenarnya, perpustakaan yang pertama saya
kunjungi bukanlah Library@Orchard. Melainkan Yishun Public Library. Tapi, berhubung
saat itu saya pergi bersama kakak dan kakak ipar saya lewat pintu belakang dan langsung
naik lift pula, saya tidak terlalu
‘ngeh’ kalo perpus ini ada di dalam mall. Perpus ini berada di lantai 4, North
Wing mall Northpoint City.
Ketika menginjakkan kaki di sini saya merasakan
kesan futuristic. Di depan pintu masuk, ada gambar peta besar Singapura, dengan
titik fokus pada Yishun Public Library. Di seberangnya ada kursi berbentuk
lingkaran dengan bagian tengah yang cembung. Sekilas saya melihat kursi
ini mirip seperti Uvo alien. Sayangnya, saya kesulitan mengambil foto kursinya karena selalu ada orang duduk di sana.
Masuk ke bagian dalam perpus…
Di area Learning Digital Zone, selain kursi
yang berbentuk mirip uvo, layar-layar digital pada dinding yang menampilkan
koleksi buku membuat perpustakaan ini terlihat modern.
Untuk koleksi bukunya, rak
putih dan juga lantai berwarna cokelat menjadi pilihan, sama seperti di Library@Orchard.
Tapi, bedanya raknya tidak berbentuk
unik seperti di sana. Keunikannya justru terletak pada desain bagian
langit-langit dan rak dengan disertai quotes dalam berbagai bahasa.
Di sini, ada juga area baca dan rak buku khusus untuk anak. Ruangannya tak hanya berwarna putih, tapi juga dihiasi warna hijau. Koleksi bukunya pun ada
banyak. Sangat menggemaskan melihat banyak
balita (Salah satunya keponakan saya) yang sibuk membolak-balik halaman buku. Walau sepertinya mereka
belum terlalu mengerti dengan kalimat-kalimat yang tertulis di buku. hhe.
Area yang cukup luas dan disertai karpet, membuat anak-anak bisa dengan leluasa memilih buku sambil duduk di lantai |
Untuk kursi dengan meja
ataupun sofa tersedia banyak. Tapi, untuk kamu yang berniat berlama-lama di
sini dan menggunakan laptop, ada baiknya untuk memastikan baterai laptopmu
terisi penuh. Sewaktu berkunjung ke sana, saya pernah membawa laptop dengan
baterai tersisa hanya sekitar 25 persen.
Salah satu area dengan meja dan kursi |
Saya santai-santai saja karena seingat saya, di meja bangku
yang ada di pojok rak buku terdapat stop kontak. Ternyata, waktu saya mau mencolok
chargeran laptop ke sana, stop kontaknya tidak bisa dipakai karena digembok. Akhirnya,
saya malah jadi menggambar.
Bishan Public Library
Bishan merupakan salah
satu perpustakaan yang memiliki gedung sendiri. Meski demikian, lokasinya masih
berdekatan dengan mall, Junction 8. Waktu pertama kali datang ke sini, saya berkeliling hingga ke tempat sepi mirip ruko yang entah ada di
mana. Hal ini membuat saya menyadari kemampuan membaca peta saya memang sangat
buruk.
Sebenarnya, lokasi perpustakaan ini bisa dengan mudah ditemukan. Kalau
kamu datang ke sini menggunakan MRT, turun di stasiun Bishan kemudian pilihannya
bisa masuk lewat dalam atau lewat luar Junction 8.
Perpustakaan Bishan tepat berada di di belakang mall tersebut. Bangunannya pun
mencolok dengan desain arsitektur yang menarik. Belakangan saya baru tahu kalau
desain dari perpustakaan ini sudah memenangkan beberapa penghargaan
arsitektur.
Pemandangan dari lantai atas |
Di lantai dasar perpus ini terdapat café.
Untuk naik menuju lantai 2, bukan dengan menaiki anak tangga, melainkan berjalan
menanjak karena lantainya yang didesain menyudut. Untuk lantai 3 dan
seterusnya, baru menggunakan tangga.
Inilah beberapa pemandangan yang bisa ditemukan di tiap sudut lantai. |
Koleksi buku di sini juga beragam. Untuk fasilitasnya, sofa serta kursi dengan meja tersedia cukup banyak guna menunjang kenyamanan pengunjung yang
hendak membaca, mengerjakan tugas, ataupun menggunakan laptop. Kalau Orchard menggunakan sofa berwarna hitam, warna kursi dan sofa di Bishan lebih colourful dengan warna kuning,
orange, serta merah.
Pepatah mengatakan kalau
pengalaman adalah guru berharga, tapi entah kenapa begitu berhubungan dengan
membaca peta, rasanya sulit sekali untuk saya tiba di tempat baru tanpa nyasar.
Termasuk waktu pertama kali datang ke Library@Chinatown. Untuk menuju
perpustakaan ini, sebaiknya gunakan MRT dan turun di stasiun MRT Chinatown.
Kemudian pilih exit E.
Library@Chinatown ada
di lantai 4 pusat perbelanjaan Chinatown Point. Sesuai dengan namanya, desain perpus
ini kental dengan nuansa oriental, dari pemilihan warna hingga ukiran
dindingnya. Koleksi bukunya juga lebih didominasi buku-buku tentang kebudayaan,
sejarah China, dan bahasa Mandarin.
Dari segi jumlah, koleksi bukunya gak
sebanyak perpustakaan-perpustakaan yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Tapi,
kalau kamu tertarik dengan hal-hal berbau Tiongkok, wajib banget untuk melihat
koleksi buku yang ada di sini. Tenang saja, selain bahasa Cina, ada juga yang
versi bahasa Inggris kok.
Sewaktu berkunjung ke Library@Chinatown, ada hal menarik yang saya lihat. Bangku-bangku di sini mayoritas diisi oleh orang
tua. Pemandangan ini membuat saya menyadari budaya membaca di SG memang
merata dari anak-anak hingga orang tua yang sudah sepuh.
Esplanade Library
Perpustakaan ini ada
di dalam Esplanade Theatres on The Bay lantai 3. Untuk menuju ke sini, saya
turun di stasiun MRT City hall exit C. Lokasinya yang berada di kawasan Marina
Bay bisa dibilang cukup strategis untuk kamu yang ingin sekaligus melihat
keindahan spot-spot wisata. Salah satunya, Merlion.
Berhubung ada di dalam
art centre, buku-buku yang ada di Esplanade Library lebih ke koleksi buku tentang theatre,
film, dan music. O iya, sewaktu mengelilingi perpustakaan, di bagian
pojok perpustakaan terdapat practice room. Saya bisa mengetahuinya
karena dindingnya terbuat dari kaca, dan saat itu ada beberapa orang yang
sedang berlatih memainkan alat musik.
Sedikit membahas
mengenai interiornya, pencahayaan ruang di sini mengingatkan saya pada
pencahayaan di Orchard@Library. Agak sedikit redup. Makin ke ujung ruangan, semakin sedikit pencahayaan. Di
dekat rak-rak buku yang menghadap area tempat duduk dengan meja, terdapat pajangan benda-benda
seni yang diperbaharui secara berkala. Waktu itu, yang saya
lihat berupa replika wayang. Sayang, tak sempat saya abadikan juga gambarnya.
Library@Harbourfront
Desain interior perpustakaan
ini sedikit mengingatkan saya pada desain perpustakaan Yishun. Perpus ini berada
di mall VivoCity lantai 3, yang juga menjadi tempat transit menuju Universal
Studio maupun Sentosa Island. Pemandangan seperti inilah yang saya lihat
sewaktu berjalan menuju pintu masuk perpustakaan. Adanya pohon kelapa dan palem
membuat saya membayangkan pantai.
Hal yang saya suka di Library@Harbourfront adalah view dari tempat
duduknya yang menghadap ke arah laut. Untuk kursi paling depan yang di cat
warna terang, mirip seperti kursi di pantai. Sementara itu, untuk bagian
belakangnya, susunan bangku bertingkat mirip seperti auditorium di
kampus.
Waktu saya berkunjung
ke sini, sedang ada sesi dongeng di area rak anak-anak. Saya pikir hanya event
sesekali, ternyata memang rutin diselenggarakan hampir di semua perpustakaan di
Singapura yang disertai dengan area buku anak-anak.
Itulah ke-6 perpustakaan
SG yang pernah saya kunjungi.
-----------------------------------------------------------------------------------------
Q: Perpustakaan mana yang interiornya paling
menarik?
Kalau menurut
saya, Library@Harbourfront. Tempat membaca menghadap laut ditambah pohon
kelapa di bagian luar pintu masuk, menjadi hal unik yang pernah saya lihat dalam
perpustakaan. Urutan kedua adalah Yishun. Saya suka sekali dengan interior
ruang digital zone-nya dan tempat
duduk yang di desain mirip Uvo.
Q: Perpustakaan mana yang koleksi bukunya lebih spesifik?
Perpustakaan Orchard
dan Chinatown. Orchard lebih ke buku seni, terutama menyangkut perfilman dan musik, serta Library@Chinatown lebih ke koleksi buku tentang kebudayaan dan
sejarah Tiongkok.
Q: Perpustakaan mana yang lokasinya strategis?
Semua! Semua
perpustakaan di Singapura lokasinya berdekatan dengan stasiun MRT dan banyak
yang berada di dalam pusat perbelanjaan. Hanya saja, untuk ke Esplanade Library
perlu berjalan lumayan jauh untuk sampai di Esplanade Theatres on The Bay.
Hal-hal unik lainnya
-----------------------------------------------------------------------------------------
- Beberapa tahun berlalu, saya merasakan perubahan dalam cara meminjam buku di perpus SG. Sebelumnya, untuk meminjam buku hanya perlu menumpukkan buku-buku yang dipinjam ke atas meja dengan alas yang mirip kaca. Dalam sekejap, barcode buku pun langsung terpindai. Kemudian, di bulan Maret kemarin, kakak saya memberitahu kalau cara meminjam buku semakin praktis. Cukup dengan menggunakan smartphone ber-NFC, kamu bisa men-scan bukumu sendiri. Install lebih dulu aplikasi NLB Mobile app. Setelah log in, cukup scan barcode belakang buku. Dalam hitungan detik buku pun terpinjam atas namamu. Tapi, yang bisa meminjam buku hanyalah ‘lokal’ (sebutan untuk orang Singapura) dan Permanent Resident.
- Untuk mengembalikan buku
yang dipinjam sangat mudah dan bisa dikembalikan jam berapa saja (walau larut
malam sekalipun). Kamu hanya perlu memasukkan buku ke dalam Bookdrop.
Masukkan buku satu persatu agar buku terpindai dengan baik.
- Hal lain yang membuat saya takjub. Saya pernah meminjam buku di perpustakaan Orchard dan berniat mengembalikannya beberapa hari kemudian. Berhubung lokasinya agak jauh, kakak saya memberitahu saya untuk mengembalikan ke perpustakaan terdekat saja. Kakak saya mengatakan kalau perpustakaan Singapura sudah terintegrasi. Jadi, walau saya meminjam buku di perpustakaan Orchard, tapi saya bisa mengembalikannya di perpus Bishan, ChinaTown, ataupun Yishun.
- Saat mengerjakan tugas di
sini untuk pertama kalinya, saya agak kaget melihat seorang wanita yang duduk
dihadapan saya pergi begitu saja meninggalkan kursinya kurang lebih selama 20 menit
(cukup lama, bukan?). Saya akan biasa saja kalau dia hanya meninggalkan buku
catatan dan peralatan tulis. Barang-barang yang ditinggalkannya adalah laptop,
iPhone, beserta tasnya. Kondisi perpus saat itu sedang ramai. Dia santai-santai
saja meninggalkan barangnya, malah saya yang jadi khawatir dan terganggu
fokusnya. Sesekali saya melirik ke arah mejanya untuk memastikan perangkat
pintarnya masih tetap berada di atas meja. Gak mau dong kalau barang-barangnya
hilang, saya jadi dicurigai. Tapi, lama kelamaan saya menyadari bahwa kebiasaan
ini sudah menjadi hal yang cukup umum dan dilakukan banyak pengunjung.
-----------------------------------------------------------------------------------------
Seandainya.. konsep perpustakaan
di Singapura dengan lokasi yang strategis, berada di dalam mall, jam buka hingga
jam 9 malam diterapkan di sini. Mungkinkah akan lebih banyak orang yang suka
membaca buku? Mungkinkan anak-anak akan lebih suka membaca buku dibandingkan
dengan bermain perangkat pintar yang belum pas untuk usianya?
Terima kasih banyak
sudah meluangkan waktu membaca postingan saya. =)
0 comments:
Post a Comment