Tuesday, December 27, 2016

Tak Mutlak

0 comments

Sebentar terkadang terasa lama
Lama terkadang terasa sesaat
Pikiran tak selalu sama
Memaknai tak mengikat

Momen serupa
Dianggap berlainan
Hal yang utama
Diacuhkan


Ternyata memang tak mutlak...

Saturday, December 17, 2016

Sikap dan Perasaan Nyaman

0 comments

‘Sikap’ menurut saya adalah topik yang menarik untuk dibicarakan. Ada pepatah yang saya sukai berkaitan dengan hal yang satu ini. Saya coba telusurin sumbernya, hanya tertulis kalau ini pepatah Jepang.

"The first face, you show to the world. The second face, you show to your close friends, and your family. The third face, you never show anyone. It is the truest reflection of who you are." 

Setiap orang punya 3 wajah atau yang saya anggap sebagai sikap yang berbeda ketika berhadapan dengan lingkungan yang berbeda. Sikap saat berhadapan dengan orang asing atau tak terlalu dikenal, sikap saat berhadapan dengan keluarga atau teman dan orang yang spesial,  serta sikap saat seorang diri yang mencerminkan karakter diri sesungguhnya. 

Ketika berhadapan dengan orang yang tak terlalu akrab, umumnya seseorang lebih banyak diam,  kalem,  bahkan sering disangka jutek (pengecualian untuk orang yang super supel dan ekstrovert). Tapi begitu berhadapan sama teman yang lama dikenal dan akrab, sikapnya pun ikut berubah. Jadi lebih rame,  bahkan karena udah ga ada perasaan canggung lagi... jadinya justru kelihatan kekanakan dan terkadang mirip orang gila. Lalu ketika seorang diri,  seseorang yang biasanya suka bercanda dan tertawa di depan banyak orang, saat seorang diri mungkin aslinya lebih serius, banyak mikir tujuan hidupnya... cita-citanya..., dll... 

Di sini saya lebih mau ngeshare pemikiran saya berkaitan sama sikap yang ditunjukkin di depan lingkungan pertemanan saya. Di depan teman-teman, saya cendrung agak cerewet, suka banget bercanda, dan terkadang suka heboh-heboh sendiri. Sebenernya sikap saya ini juga bisa muncul saat saya baru berkenalan dengan orang baru. Loh kok bisa? Jadi begini... (nanya sendiri, jawab sendiri) Seringkali dalam beberapa menit perkenalan sama orang baru, saya bisa ngerasain apakah orang itu enak di ajak ngobrol dan membuat saya merasa nyaman atau enggak. Yah... bisa dibilang bukan lama enggaknya saling mengenal, tapi lebih ke perasaan nyaman dengan orang tersebut.

Sedikit flashback... Di masa kuliah, saya menemukan 2 orang sahabat yang berasa click banget sama saya. Seorang wanita cantik yg kini telah menjadi seorang pramugari bernama Syifa, yang lebih sering saya panggil Sipa, dan seorang lelaki yang pintar sekali mempelajari berbagai bahasa,  yang kini sedang menyelesaikan studi s2-nya di Rusia, bernama Akbar. Banyak sekali memori yang tersimpan bersama mereka.

Ketika kami bersatu dan ngumpul... kami udah kaya orang gila. Bisa dibilang istilahnya kami satu frekuensi. Sama-sama cerewet, sama-sama suka bercanda, sama-sama gila... Kami bisa mentertawakan hal-hal yang mungkin menurut orang lain "Apaan sih?  Ga jelas." Kami suka duduk selonjoran di lantai Giant atau Hypermart, nongkrong lama di sana, keluar-keluar cuma beli 3 botol air mineral... Kami sangat suka berkaraoke walau suara kami, terutama suara saya cuma cocok jadi penyanyi kamar mandi.  Kami suka pergi ke Time Zone... Kami suka bersepeda muter-muter kampus... Ketika menyetujui ide yg tercetus dari salah satu di antara kami,  kami saling bertatapan sambil melontarkan satu kata "hayuuuk" Kami menggunakan bahasa yang dimodifikasi  "yasudahse, kamu dimandose, yuhuuuu" dll. 

Kini, langkah dan bidang pekerjaan yang kami geluti sudah berbeda. Intensitas pertemuan pun bisa terhitung jari. Sipa kini di Makassar, dan Akbar di Rusia. Tapi hal yang saya syukuri, hubungan pertemanan kami masih terjalin dengan baik :)

Balik lagi ke topik mengenai sikap tadi. Sayangnya, ternyata ga semua orang yang membuat saya merasa nyaman saat di dekat mereka,  merasakan perasaan yang sama juga. Cerminan mereka ga bisa menerima sikap saya itu, mungkin dengan lontaran kalimat pendek yang tanpa mereka sadari sedikit menyakiti perasaan saya.  Jadi ya... Saat itu terjadi,  saya ga merasa marah tapi lebih ke kecewa sih... Saat saya menerima mereka apa adanya, tidak demikian dengan mereka.

Saya sendiri,  kalau ada seseorang yang sikapnya di depan orang lain kalem, dan  lebih banyak diam,  tapi ketika berinteraksi sama saya sikapnya berubah jadi rame,  banyak tertawa. Respon saya... Sangat amat senang sekali~  Seriusan. Kalau mereka bisa leluasa dan ga sungkan lagi nunjukkin sikap mereka itu di depan saya,  saya menganggap mereka nyaman berteman dan berbicara dengan saya. Sama seperti yang saya rasakan terhadap orang yang membuat saya merasa nyaman. Ujung-ujungnya balik lagi ke masalah kenyamanan sih...
  
Well,  sebagai penutup postingan kali ini. Ini dia quote yang bisa menggambarkan kenyamanan yang saya maksud. 


“There is a child inside each one of us in our life, who comes out in front of the person we are most comfortable with.” Unknown