‘Sikap’ menurut saya adalah topik yang
menarik untuk dibicarakan. Ada pepatah yang saya sukai berkaitan dengan hal
yang satu ini. Saya coba telusurin sumbernya, hanya tertulis kalau ini pepatah
Jepang.
"The first face, you show to the
world. The second face, you show to your close friends, and your family. The
third face, you never show anyone. It is the truest reflection of who you
are."
Setiap orang punya 3 wajah atau yang
saya anggap sebagai sikap yang berbeda ketika berhadapan dengan lingkungan yang
berbeda. Sikap saat berhadapan dengan orang asing atau tak terlalu dikenal,
sikap saat berhadapan dengan keluarga atau teman dan orang yang spesial, serta sikap saat seorang diri yang mencerminkan karakter diri
sesungguhnya.
Ketika berhadapan dengan orang yang tak
terlalu akrab, umumnya seseorang lebih banyak diam, kalem, bahkan
sering disangka jutek (pengecualian untuk orang yang super supel dan
ekstrovert). Tapi begitu berhadapan sama teman yang lama dikenal dan akrab,
sikapnya pun ikut berubah. Jadi lebih rame, bahkan karena udah ga ada
perasaan canggung lagi... jadinya justru kelihatan kekanakan dan terkadang
mirip orang gila. Lalu ketika seorang diri, seseorang yang biasanya suka
bercanda dan tertawa di depan banyak orang, saat seorang diri mungkin aslinya
lebih serius, banyak mikir tujuan hidupnya... cita-citanya..., dll...
Di sini saya lebih mau ngeshare pemikiran
saya berkaitan sama sikap yang ditunjukkin di depan lingkungan pertemanan saya.
Di depan teman-teman, saya cendrung agak cerewet, suka banget bercanda, dan
terkadang suka heboh-heboh sendiri. Sebenernya sikap saya ini juga bisa muncul
saat saya baru berkenalan dengan orang baru. Loh kok bisa? Jadi begini...
(nanya sendiri, jawab sendiri) Seringkali dalam beberapa menit perkenalan sama
orang baru, saya bisa ngerasain apakah orang itu enak di ajak ngobrol dan
membuat saya merasa nyaman atau enggak. Yah... bisa dibilang bukan lama
enggaknya saling mengenal, tapi lebih ke perasaan nyaman dengan orang tersebut.
Sedikit flashback... Di masa
kuliah, saya menemukan 2 orang sahabat yang berasa click banget
sama saya. Seorang wanita cantik yg kini telah menjadi seorang pramugari
bernama Syifa, yang lebih sering saya panggil Sipa, dan seorang lelaki yang
pintar sekali mempelajari berbagai bahasa, yang kini sedang menyelesaikan
studi s2-nya di Rusia, bernama Akbar. Banyak sekali memori yang tersimpan
bersama mereka.
Ketika kami bersatu dan ngumpul... kami
udah kaya orang gila. Bisa dibilang istilahnya kami satu frekuensi. Sama-sama
cerewet, sama-sama suka bercanda, sama-sama gila... Kami bisa mentertawakan
hal-hal yang mungkin menurut orang lain "Apaan sih? Ga jelas."
Kami suka duduk selonjoran di lantai Giant atau Hypermart, nongkrong lama di
sana, keluar-keluar cuma beli 3 botol air mineral... Kami sangat suka
berkaraoke walau suara kami, terutama suara saya cuma cocok jadi penyanyi kamar
mandi. Kami suka pergi ke Time Zone... Kami suka bersepeda muter-muter
kampus... Ketika menyetujui ide yg tercetus dari salah satu di antara kami,
kami saling bertatapan sambil melontarkan satu kata "hayuuuk" Kami menggunakan bahasa yang dimodifikasi
"yasudahse, kamu dimandose, yuhuuuu" dll.
Kini, langkah dan
bidang pekerjaan yang kami geluti sudah berbeda. Intensitas pertemuan pun bisa
terhitung jari. Sipa kini di Makassar, dan Akbar di Rusia. Tapi hal yang saya
syukuri, hubungan pertemanan kami masih terjalin dengan baik :)
Balik lagi ke topik mengenai sikap tadi.
Sayangnya, ternyata ga semua orang yang membuat saya merasa nyaman saat di
dekat mereka, merasakan perasaan yang sama juga. Cerminan mereka ga bisa
menerima sikap saya itu, mungkin dengan lontaran kalimat pendek yang tanpa
mereka sadari sedikit menyakiti perasaan saya. Jadi ya... Saat itu
terjadi, saya ga merasa marah tapi lebih ke kecewa sih... Saat saya menerima mereka apa adanya, tidak demikian dengan mereka.
Saya sendiri, kalau ada seseorang
yang sikapnya di depan orang lain kalem, dan lebih banyak diam,
tapi ketika berinteraksi sama saya sikapnya berubah jadi rame,
banyak tertawa. Respon saya... Sangat amat senang sekali~ Seriusan.
Kalau mereka bisa leluasa dan ga sungkan lagi nunjukkin sikap mereka itu di
depan saya, saya menganggap mereka nyaman berteman dan berbicara dengan
saya. Sama seperti yang saya rasakan terhadap orang yang membuat saya merasa
nyaman. Ujung-ujungnya balik lagi ke masalah kenyamanan sih...
Well, sebagai penutup
postingan kali ini. Ini dia quote
yang bisa menggambarkan kenyamanan yang saya maksud.
“There is a child inside each one of us in our life,
who comes out in front of the person we are most comfortable with.” Unknown