Monday, April 24, 2017

Unlucky Loser

0 comments

Pertama kali lihat ‘Unlucky Loser’ saya tertarik dengan covernya yang mencolok. Tapi pas saya balik covernya, ternyata ga ada sinopsis. Hanya ada tulisan singkat ‘Mereka datang, berkencan, dan kalah!’ di kedua sisi cover novel yang saling berlawanan arah. Meski ga tahu novel ini bercerita mengenai apa, akhirnya saya tetap membelinya. Kalau bagus berarti saya beruntung. Kalau ceritanya membosankan, ya udah... hehe.


Novel duet dari penulis bernama Shinta Indrasari & Erry Santy ini setelah saya baca bergenre metropop. Untuk yang belum tahu, metropop adalah genre novel yang mengangkat tema cerita seputar kehidupan masyarakat perkotaan dengan gaya bahasa yang ringan (dan agak sedikit blak-blakan menurut saya).

Berhubung saya ga tahu mana yang bagian depan dan belakang dari buku ini, saya memilih membaca cerita yang ditulis Erry Santy lebih dulu. Tokoh utama ceritanya adalah seorang wanita bernama Sashiana Nardi Sanggulmaromas, yang biasa dipanggil Sashi. Wanita berusia 29 tahun ini berprofesi sebagai art director di perusahaan agensi bertaraf internasional, Britaliads. Sashi tinggal di Mayestik sementara keluarganya di Lebak Bulus. 

Sashi memiliki teman baik bernama Annika yang sudah dikenalnya sejak bangku SMA. Berbeda dengan Annika yang memiliki kekasih dan akan segera dilamar, Sashi masih hidup sendiri. Disinilah inti ceritanya, menceritakan mengenai kehidupan asmara Sashi dengan beberapa pria yang dekat dengannya.

Dimulai dari Andre, pria berusia 42 tahun yang sudah memiliki anak berusia 22 tahun tapi masih berstatus single; Prio, seorang PNS yang agak ‘aneh’ dan perhitungan; Radian, pemuda tampan yang perfeksionis, keras kepala, dan agak galak; Nino, si brondong yang sensitif, agak cengeng dan manja; dan Jodi, pengusaha kaya raya yang super romantis. Dari semua pria yang mampir ke dalam kehidupan Sashi, saya paling tertarik sama cerita Sashi dan Nino. Nino paling terlihat tulus dibanding tokoh pria lainnya, yah... walau kesensitifannya itulah yang bikin Sashi ragu. Biarpun belum punya pekerjaan, Nino udah ngasih hadiah Sashi cincin seharga 4 jutaan (Cincin yang ternyata dia beli dari pinjaman uang nyokapnya, dengan alasan untuk ganti ban mobil :D) . Nino emang cengeng dan manja, tapi di akhir hubungannya sama Sashi, ia gentle dengan menepati janji menghilang dari kehidupan Sashi.

Nah, untuk cerita yang ditulis Shinta Indrasari, tokoh utamanya adalah seorang pria bernama Indra Putro Rahardjo berumur 30 tahun. Indra bekerja di perusahaan desain grafis bernama DPI. Dia punya pacar cantik, baik, dan sangat amat perhatian bernama Ocha. Ocha jauh lebih muda dari Indra, udah lulus kuliah tapi belum dapat pekerjaan. Makanya si Ocha ini sering banget sms atau nelponin Indra ga pandang waktu. Di sinilah permasalahannya muncul. Awalnya Indra suka perhatian dari pacarnya ini, tapi lama kelamaan dia merasa terganggu. Di tengah-tengah hubungan mereka ini, ada Mel yang dikenalnya sewaktu clubbing. Mereka sering 'tidur bareng'  meski sama-sama punya kekasih. Selain itu, ada tokoh Maureen, wanita yang berusia 4 tahun lebih tua dari Indra, yang menyembunyikan kenyataan yang nantinya bikin Indra merasa tertipu.

O iya, berhubung novel ini udah diterbitin cukup lama, jadi harap dimaklum kalau tokoh-tokohnya masih mengandalkan sms dan telepon. Sebenernya metropop bukanlah genre favorit saya, tapi secara keseluruhan cerita ‘Unlucky Loser’ cukup menarik. Menggambarkan kehidupan kedua tokoh utama dengan segala intrik kisah cintanya. Tergantung selera sih.. Tapi saya ga suka dengan karakter kedua tokoh utama 'Unlucky Loser'. Udah itu aja :) 


Tuesday, April 18, 2017

Tersimpan di Dalam Hati

0 comments

Kenangan itu...
Momen manis yang tak kan terulang lagi,
Siapa yang tak mau merasakan dan mengalaminya berkali-kali,
Atau...
Menginginkan momen itu tetap kekal,
Tetapi mengulangnya adalah mustahil,
Meski mencoba untuk tetap sama,
Meski kembali ke tempat yang sama,
Dengan orang-orang yang sama,
Karena sebenarnya tak ada yang sama di balik kata ‘sama’,
Waktu berjalan dan semua bertransformasi,
Dalam sepersekian detik momen-momen indah itu...
Hanya berlalu secepat kilat di pelupuk mata,
Hanya tersimpan di dalam hati


Saturday, April 8, 2017

“Tentang Kamu”nya Tere Liye

1 comments

Dari buku-buku Tere Liye yang pernah saya baca, tema dan jalan ceritanya selalu bikin saya takjub, “Kok bisa sih si bapak Darwis ini kepikiran ide cerita seperti itu?” Tere Liye bisa menulis cerita tentang percintaan, hubungan keluarga, dongeng, politik, fantasi, dan untuk bukunya yang baru saya selesaikan, “Tentang kamu” berkaitan dengan harta warisan.




Halaman pertama novel “Tentang Kamu” dibuka dengan pengenalan tokohnya yang bernama Zaman Zulkarnaen, seorang pengacara asal Indonesia yang bekerja di firma hukum Thompson & Co, yang berlokasi di kota London. Thompson & Co adalah firma hukum besar, tapi cukup tertutup dan menjauhi yang namanya publikasi. Memasuki bab kedua, Zaman mendapat tugas untuk menuntaskan dan menemukan ahli waris dari seorang wanita tua bernama Sri Ningsih, yang meninggal dengan tenang di panti jompo, di kota Paris.

Awalnya saya pikir Zaman jadi tokoh utama cerita. Ternyata perkiraan saya salah, Sri Ningsih inilah yang jadi tokoh utamanya. Peran Zaman dalam novel ini menelusuri kehidupan Sri Ningsih dari masa kecil hingga akhir hayatnya di panti jompo ‘La Cerisaie Maison de Retraite’. Dalam upaya untuk menemukan ahli waris Sri Ningsih, Zaman memulai pencariannya dengan mengunjungi tempat di mana Sri Ningsih dilahirkan dan menghabiskan masa kecilnya, Pulau Bungin. Dari seorang tetua bernama Ode, Zaman mengetahui kehidupan masa kecil Sri Ningsih. 

Sri Ningsih lahir dari pasangan bernama Rahayu dan Nugroho. Malang, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Mengisi kekosongan Rahayu, Nugroho meminang Nusi Maratta. Dari pernikahan ini Sri Ningsih nantinya punya adik laki-laki tiri yang diberi nama Tilamuta. Banyak kejadian yang terjadi di Pulau Bungin. Singkat cerita saat Sri Ningsih berumur lima belas tahun, ia bersama Tilamuta meninggalkan pulau Bungin menuju madrasah di pedalaman Surakarta, Jawa Tengah. Di sana Sri Ningsih mendapatkan 2 orang sahabat bernama Nuraini dan Sulastri. Setelah Surakarta pun masih banyak tempat yang Zaman telesuri, dan juga orang-orang berkaitan dengan Sri Ningsih semasa hidup. Ada Chaterine, Aimee, Lucy, Franciszek, keluarga Khan, dan Hakan.

Bagaimana bisa seorang wanita yang tak memiliki keluarga, meninggalkan harta warisan yang bernilai sangat besar? Kenapa Sri Ningsih pergi berpindah-pindah tempat sampai tinggal di luar negeri? Jawabannya ada di penghujung halaman-halaman terakhir. Hehe.

Kesan saya setelah menyelesaikan “Tentang Kamu”, keren!!! Tapi ada bagian dari beberapa cerita dan penokohan karakter Sri Ningsih, menurut saya terlalu ‘fiksi’ dan ‘berlebihan’. Iya saya tahu ini buku fiksi tapi entah kenapa itu bikin ceritanya jadi terkesan maksa (dari sudut pandang saya). Selain itu, menurut saya kehidupan pribadi Zaman ga terlalu penting untuk dibahas (Ups Sorry). Sisanya jempolan deh!

Hal lain yang bikin saya suka banget novel-novel Tere Liye, adalah banyak kata-kata mutiara yang bertebaran. Ini dia beberapa di antaranya dari “Tentang Kamu”:

“Saat kita telah berhasil melupakan sesuatu, bukan berarti itu benar-benar telah lupa begitu saja, boleh jadi masih ada yang mengingatnya.” (p. 340)

“Maka, semoga besok beban di hati terangkat sedikit. Tidak usah banyak,  sedikit saja tidak apa. Besok, besoknya lagi, biarkan waktu menyiram semua kesedihan hingga hilang tak berbekas.” (p. 384)

“Cinta memang tidak perlu ditemukan, cinta-lah yang akan menemukan kita. (p.408)