Monday, July 30, 2018

Pertanyaan

0 comments

Waktu luang menyenangkan dengan pikiran tenang,

Terasa menyiksa begitu ada sedikit goretan,

Mungkin ini jadi alasan untuk selalu menyibukkan diri,

Melumpuhkan kilasan masa lalu dan pertanyaan akan masa depan,

Meski bertahan sementara, lebih baik dibanding terus terbayang tanpa jeda,

Bukan?


Wednesday, May 9, 2018

Permen Dingin

1 comments


Pepohonan di kanan kiri jalan menari-nari tertiup angin. Rintik hujan dengan cepat berubah menjadi deras membasahi permukaan tanah. Masih tersisa beberapa karyawan di dalam gedung, termasuk aku yang lebih memilih pulang setelah hujan reda. Ada yang sibuk dengan telepon genggamnya, mengobrol, mendengarkan musik, dan aku sendiri hanya duduk termangu menatap pemandangan di luar jendela. Salah seorang rekan kerja datang ke arahku “Penghilang kantuk.” Ucapnya. Aku menatap benda yang ia letakkan di atas mejaku. Sebuah permen, rasa permen kesukaanku.
***

Aku melesat sangat cepat sampai tak menyadari ada batu besar di jalan yang kulintasi. Aku kehilangan kendali mengenderai sepeda dan jatuh terjerembab di atas tanah. Kedua lutut serta telapak tanganku dipenuhi luka. Aku memanggil ayah dan ibu diiringi isak tangis. Setelah luka diobati, tangisku masih tidak berhenti. Ayah menanyakan keadaanku.
“Nak, bagian mana yang masih terasa sakit?” Melihatnya membuat mataku kembali berair.
“Sepedanya rusak yah...” Ucapku dengan suara terbata-bata. Ayah menatapku dengan lembut.
 “Tidak apa-apa. Sepeda bisa dibeli lagi. Yang paling penting kamu baik-baik saja.”
Aku merasa lega mendengar jawaban ayah karena yang membuatku terus menerus bersedih adalah membayangkan ayah akan marah mengetahui sepeda yang baru dibelinya beberapa hari lalu sudah rusak.
“O iya, ayah punya sesuatu untukmu.” Ayah meraih tangan kananku dan meletakkan sesuatu di atasnya.
“Permen?”
“Iya, tapi bukan sembarang permen. Waktu dimakan akan terasa dingin seperti es.”
            Karena penasaran langsung kubuka bungkusnya dan memakannya. Benar yang ayah katakan, aku merasakan sensasi dingin di mulutku. “Iya. Dingiiin. Aku mau lagi.”
“Hanya boleh satu. Tidak boleh makan banyak-banyak dalam sehari. Nanti kamu bisa membeku. Brrrrr.” Ayah berpura-pura kedinginan. Aku tertawa melihat tingkah ayah. Kesedihanku pun terlupakan begitu saja. Permen dingin yang kucicipi untuk pertama kalinya di usia 7 tahun, nantinya baru kuketahui bernama permen mint.

Sejak itu sampai bertahun-tahun kemudian ayah selalu memberikan permen mint setiap kali aku bersedih. Ketika aku mendapatkan nilai rendah pada ulangan harian di sekolah, ayah menyemangatiku dan memberikanku sebuah permen mint. Ketika seorang teman baikku pindah sekolah, ayah mendengarkan keluh kesahku, memberikan sebuah permen mint, lalu mengatakan hal-hal yang membuatku tertawa kembali. Di setiap kesempatan aku sangat senang menerima permen mint dari ayah. Persis seperti pertama kali aku mencicipinya.

Di kemudian hari aku baru tahu bahwa permen mint bukan barang yang mewah. Aku bisa membelinya dengan uang sakuku di toko atau warung. Akan tetapi tak pernah sekalipun aku membelinya. Aku selalu menunggu ayah yang memberikannya. Namun, lambat laun perasaan itu berubah setelah aku menginjak usia remaja. Aku tidak merasa senang lagi mendapat permen itu.

Satu persatu temanku memiliki telepon genggam. Setiap kali mereka menunjukkannya, aku merasa kagum ingin memilikinya juga. Saat ayah pulang bekerja dari pabrik, aku mengajaknya berbicara.
“Ayah sekarang ada telepon genggam yang bisa dibawa kemana-kemana. Keren sekali yah. Teman-temanku memilikinya.” Ucapku membuka percakapan.
“Wah keren sekali.” Balas ayah sambil mengisi gelasnya dengan air putih.
“Ayah, aku juga ingin memilikinya.”
“Sementara ini pakai telepon rumah dulu ya nak. Nanti pasti ayah belikan untukmu.”
“Tapi aku inginnya sekarang yah.”
“Iya nanti ayah belikan, eh coba lihat apa ini...” Seperti biasa ayah mengeluarkan permen mint dari sakunya.
“Kapan? Ayah selalu bilang nanti nanti nanti terus. Aku ingin telepon genggam bukan permen mint!” Setelah menyelesaikan ucapanku, aku berlari ke kamar. Tak lama ibu yang mendengarkan perkataanku pada ayah, masuk ke kamarku.
“Aku sedang ingin sendiri bu.” Ibu tak mengindahkan perkataanku. Ia duduk di tepi kasur tempatku berbaring.
“Nak, jangan berkata kasar pada ayahmu. Sebenarnya ayah selalu ingin memberikan barang-barang yang kamu inginkan, tapi sayangnya penghasilannya seringkali hanya bisa menutupi biaya kehidupan kita sehari-hari dan sekolahmu.”
“Seharusnya dari awal ayah tidak berjanji padaku.”
“Jika ayah mengatakan tidak sejak awal, apa kamu bisa menerimanya?” Pertanyaan ibu membuatku tak bisa berkata apa-apa lagi.
“Ibu mohon kalau kamu sudah merasa baikan minta maaflah pada ayahmu.”

Malam harinya, di waktu makan malam aku memutuskan untuk keluar kamar. Ayah duduk di meja makan, sedangkan ibu hilir mudik menaruh makanan yang akan kami santap malam ini. Aku berjalan ke arah meja makan dan duduk di sampingnya.
“Ayah... Maafkan aku.” Ayah membalasku dengan senyuman sambil mengusap-ngusap kepalaku. Ibu yang kembali dari dapur ikut tersenyum.
“Permen untukku...?” Ayah meletakkan sebuah permen di telapak tanganku.
***

Kusentuh permen mint yang tergeletak di meja kerjaku. Permen dingin yang sudah lama tidak kumakan semenjak aku merantau. Aku mendekat ke arah rekan yang tadi memberikan permen. “Maaf, tapi aku tidak bisa memakan permen mint selain pemberian dari ayahku.”
***


Thya Amida

Tuesday, April 24, 2018

5 Hal Dasar Yang Perlu Diketahui Para Content Writer Pemula

0 comments

“Apa tuh content writer?” “Penulis novel?” “Sama seperti jurnalis?” Itulah beberapa pertanyaan yang pernah terlontar dari teman saya menyangkut profesi yang saya jalani. Beberapa tahun lalu, profesi content writer memang masih terdengar asing, terlebih untuk orang-orang yang gak bekerja di dunia media. 
Meskipun pekerjaannya sama-sama menulis, tapi ada perbedaan antara content writer dengan jurnalis. Kalau jurnalis bekerja di depan layar dan sering pergi untuk melakukan liputan, content writer cenderung bekerja dari balik monitor saja dan mengumpulkan informasi melalui internet atau buku.
Sekarang ini, banyaknya media online yang bermunculan membuat posisi content writer dibutuhkan. Ada content writer full time dan ada juga yang freelance. Nah, apakah kamu tertarik untuk menjadi content writer? Atau sekedar mengisi waktu luangmu berbagi informasi yang kamu tahu, dan mengajukannya ke salah satu portal berita online? Jika ya, kamu perlu mengetahui 5 hal penting dalam menulis artikel berikut ini.

Memilih judul yang menarik dan membuat pembaca penasaran dengan isinya
Coba bandingkan dari kedua judul di bawah ini, mana yang paling menarik minatmu untuk membaca isinya?

Alasan Orang Introvert Lebih Suka Menyendiri
Sering Dianggap Sebagai Penyendiri, Hal Inilah Yang Hanya Dimengerti Oleh Para Introvert


Sebenarnya dari kedua judul di atas gak ada yang salah, saya pun suka menggunakan judul yang pendek dan singkat sewaktu menulis di blog ini. Tapi, jika kamu menuliskannya untuk tujuan komersil atau urusan pekerjaan, sebaiknya pilihlah judul yang menarik. Posisikan dirimu sendiri sebagai pembaca, “Apakah aku akan tertarik untuk membuka artikel dengan judul seperti ini?”  Pastikan kalau judulmu itu gak hanya hiperbola atau sekedar heboh (click bait) tidak sesuai dengan isi artikelnya.

Mengetahui format artikel listicle
Sekarang ini, format artikel listicle cukup populer dan digunakan oleh banyak portal berita. Listicle adalah format dimana artikel dibuat dalam bentuk perpoin. Jumlah poin yang akan dibahas dalam artikel sebaiknya dicantumkan di dalam judulnya. Contohnya:

Sering Dianggap Sebagai Penyendiri, 5 Hal Inilah Yang Hanya Dimengerti Oleh Para Introvert
                                                                                                                                Saya sendiri suka menggunakan angka 5, 7, 10. 12, dalam penulisan listicle. Jika hanya ada 2 poin pembahasan dalam artikelmu, sebaiknya gak perlu menggunakan format artikel ini. Jika jumlahnya cukup banyak sekitar 20 poin, kamu tetap bisa menggunakan format ini dengan catatan per poinnya ditulis secara singkat dan padat.

Jangan lupa berkomunikasi dengan pembaca
Kalau artikel yang kamu tulis bukanlah artikel berita seperti yang ada di surat kabar, tugas kuliah atau skripsi, jangan menulis artikel seperti bentuk laporan. Tulislah artikel yang bersahabat seakan-akan mengajak pembaca berbicara. Bisa dengan menggunakan sapaan kamu, Anda, atau sapaan yang menjadi ciri website bersangkutan.

Contoh:
Introvert adalah jenis kepribadian di mana si pemiliknya lebih suka menghabiskan waktu seorang diri. Ada anggapan yang salah bahwa introvert itu anti sosial. Padahal, sama seperti ekstrovert, banyak orang introvert yang juga suka menghabiskan waktu berkumpul dengan teman-temannya. Perbedaannya adalah... blablabla

Bandingkan dengan yang ini:
Apakah kamu memiliki kepribadian introvert? Atau orang terdekatmu memiliki kepribadian yang satu ini? Introvert memang suka menghabiskan waktu seorang diri, tapi bukan berarti introvert adalah orang yang anti sosial. Seorang introvert juga suka menghabisakan waktu bertemu dan berkumpul dengan temannya...blablabla.

Mana yang menurutmu lebih berkomunikasi dengan pembaca?

Pemilihan gambar dan memerhatikan copy right
Di zaman digital seperti sekarang, artikel tanpa gambar terasa kurang greget dan bisa bikin pembacanya bosan. Kamu bisa dengan mudah mendapatkan gambar-gambar pendukung artikelmu melalui internet. Satu hal yang harus diingat, jangan lupa untuk mencantumkan sumber gambarnya. Salah satu situs yang menyediakan gambar-gambar gratis adalah Pixabay (Sisanya bisa kamu cari sendiri. Hehe)
Dikarenakan adanya gambar, sebaiknya kamu perlu belajar sedikit mengedit foto menggunakan aplikasi edit foto seperti Photoshop atau Gimp.
Saya masih ingat, waktu awal-awal melamar pekerjaan sebagai full time content writer, seorang editor yang baik hati bernama mbak Shirley, menguji saya untuk menuliskan artikel mengenai keuangan dalam format listicle. Saya diharuskan memasukkan gambar pendukung dalam ukuran tertentu ke dalam artikel. Berhubung saya gak terlalu paham menggunakan Photoshop, ukuran yang saya rubah malah ukuran dimensinya.

 Padahal yang dia maksud adalah merubah panjang dan lebar si gambar.

Sesudah selesai mengerjakan tes itu, mbak Shirley mereview pekerjaan saya dan pemilihan gambarnya juga. Dari wajahnya dia suka dengan tulisan saya, tapi dia memberikan masukkan mengenai gambar. Menurutnya, artikel yang berkaitan dengan tindakan akan lebih menarik jika diwakili dengan gambar orang yang melakukan tindakan tersebut. Misalnya, poinnya adalah boros belanja. Sebaiknya saya memilih gambar orang yang sedang berbelanja, bukan hanya gambar uang.

Via pixabay.com

Via pixabay.com

Memahami dasar-dasar SEO
SEO (Search Engine Optimization) adalah teknik yang digunakan untuk mengoptimalkan website di situs pencarian. Sebenarnya ada profesi SEO specialist yang merupakan pakar dalam per-SEO-an, tapi sekarang ini banyak perusahaan yang mensyaratkan content writernya harus paham dasar SEO. Untuk itu, yuk pahami dasar-dasar SEO berikut:

Kata kunci
Ada banyak situs pencarian kata kunci yang bisa kamu manfaatkan untuk mendapatkan kata kunci yang populer. Contohnya Google keyword planner dan keywordtool.io.


Disini terlihat kalau pencarian kata kunci yang berkaitan dengan introvert, di posisi teratas ada introvert, orang introvert, dan test introvert.
Setelah mendapatkan keyword, untuk mengoptimisasi tulisanmu masukkan keyword tersebut dalam judul artikel dan isi artikel. Tapi, jangan sampai berlebihan memasukkannya karena malah bisa dianggap keyword stuffing.

Internal Link
Internal link adalah link halaman lain dari website sama yang disematkan pada kata-kata dalam artikel. Internal link dapat meningkatkan SEO karena memudahkan mesin pencari menjelajah dan melihat keseluruhan struktur website. Tapi, tentu saja internal link yang dibuat harus relevan ya, bukan yang out of topic. Selain itu, link ini juga memungkinkan pengunjung untuk lebih lama berada di websitemu membuka artikel-artikel lainnya.

Eksternal link
Jika internal link berasal dari halaman website yang sama, eksternal link adalah link yang berasal dari website lain dan relevan dengan isi pembahasan tulisanmu. Tulisan yang mencantumkan eksternal link, terutama yang berkaitan dengan fakta atau hasil penelitian, bisa lebih meyakinkan pembaca karena dianggap sebagai sumber berita yang dapat dipercaya.

Itulah 5 hal dalam dunia konten yang perlu diketahui para content writer pemula atau bagi siapapun yang tertarik membagikan pengalamannya melalui tulisan. Selamat menulis =)

Thursday, March 8, 2018

(Tak) Bercerita Lebih Baik

0 comments

Bercerita lebih baik. 
Tak sekedar berkata, ada yang menyimak. 
Tapi...Terjagakah? Haruskah semua? 
Terpikir, ada saatnya tak bercerita lebih baik. 
Bukan tak percaya. 
Tapi... Ada yang bertahan, ada yang berubah.
Menepis perasaan yakin yang kemudian berubah jadi keragu-raguan. 
Ada saatnya, lebih baik menyimpannya sendiri.



Tuesday, January 16, 2018

Hello 2018

0 comments

Hello 2018..

Belum terlambat untuk membuka lembaran baru dan mengisinya dengan mimpi-mimpi yang lebih besar bukan?

Tanpa rencana, semuanya terasa buram dan tak terarah. Menuliskannya di secarik kertas bisa menjadi pengingat pada tujuan, pada ‘misi pribadi’ yang harus di capai dalam suatu rentang waktu, jangka pendek dan jangka panjang. Masih banyak mimpi-mimpi yang tertunda, tapi ada juga yang sudah terwujud nyata. Beberapa pencapaian yang cukup memuaskan, berkat kerja keras, berani meningalkan zona nyaman, dan tentunya doa.

Hal yang menarik di tahun 2017 adalah mengingat perasaan yang campur aduk, antara rasa takut dan keragu-raguan yang kemudian berubah jadi perasaan bahagia dan lega, sewaktu melakukan hal-hal yang berbeda dari keseharian. Dari mulai berbicara di depan umum, bertraveling, hingga berkenalan dengan orang-orang baru yang berbeda kebudayaan.

2018... waktunya membuat hidup jadi lebih berwarna.