Katanya... setiap teringat kenangan indah, selalu bisa membuat yang mengalaminya merasa bahagia. Tapi
kenyataannya ada yang terasa menyakitkan sama seperti kenangan buruk. Meski
dalam level atau tingkat yang berbeda. Seandainya kenangan itu tak pernah
tercipta atau... paling tidak, dapat terlupakan ketika terbangun layaknya bunga
tidur. Mungkin akan lebih baik.
Yah..
kata ‘seandainya’ yang muncul saja sudah menandakan bahwa kenangan indah yang
selalu melintas itu, tak lagi memunculkan perasaan yang sama seperti dulu.
Inilah kenangan indah menyakitkan yang dimaksud. Kamu pernah merasakannya?
Pena yang diapit jari telunjuk
dan jempolnya pun berhenti bergerak. “Sepertinya tak mungkin...” Gumamnya.
Matanya mulai terasa berair. Ia menghela nafas, menarik garis
bolak-balik di bagian kalimat ‘kamu pernah merasakannya?’ berulang kali, hingga
warna hitam pekat menutupi semua bagian kalimat itu. Setelahnya, ia pun kembali
menggerakkan penanya membentuk huruf demi huruf di atas permukaan kertas.
Kenangan
yang begitu berarti untuk satu pihak, sementara yang lain acuh begitu saja
seakan tak pernah ada yang terjadi. Inilah kenangan indah menyakitkan yang dimaksud.
Kenangan yang membuat dada terasa sesak ketika datang atau melewati tempat yang
sama. Inilah kenangan indah menyakitkan yang dimaksud.
Gerakan tangannya kembali
terhenti. Ia merenung sejenak. Setelah beberapa saat, ia melanjutkan kata-kata
yang ditulisnya.
Kuharap
kamu tak pernah merasakannya...
***
16:07
WIB, 10-2-2017. Thya
Jaringan internet lagi
bermasalah, so saya memutuskan untuk menuliskan cerita fiksi super pendek ini
sore tadi. I hope you like it :)