Tubuhnya seketika terasa membeku, langkah kakinya
terhenti, tatapannya terpaku memandang pria dari arah berlawanan
dengannya. Pria yang dikenalnya itu pun terlihat kikuk dan terdiam. Terasa ada
jeda selama beberapa saat.
Ia adalah pria yang paling membuatnya bahagia, paling
dinanti, dan paling terbaik. Penggalan memori, tanpa diundang seperti
terpampang di depan matanya. Muncul secara acak dari awal perkenalan hingga
bertahun-tahun kemudian mengisi lembaran-lembaran hidupnya. Dari penggalan
memori yang menyenangkan hingga melukai hatinya. Pria itu memang pernah menjadi
yang paling terbaik untuknya. Tapi tidak untuk sekarang.
Pikirannya kembali ke tempat ia berada. Seulas senyum
menghiasi wajah wanita itu sebelum melanjutkan langkah kakinya. Senyum
perpisahan yang dulu tak pernah tersampaikan. Senyum lega yang menandakan bahwa
ia sudah bisa memaafkan yang telah berlalu. Katanya, waktu
bisa menyembuhkan luka.
***
Mencoba meluangkan waktu untuk menulis fiksi pendek lagi. Kangen menuangkan imajinasi :)
1 comments:
Ih bagus banget aku ikutan senyum2 :')
Post a Comment